Kurakura ini bernama Latin Indotestudo forstenii yang merupakan kura-kura asli berasal dari Indonesia dan menjadi salah satu hewan endemis di Pulau Sulawesi. Ciri khas kura-kura Forsteni adalah warna tubuhnya yang kuning gading dengan pola hitam yang menyelimuti seluruh tempurungnya. Diperkirakankura-kura ini telah berusia lebih dari 250 tahun. Hewan dengan keistimewaan ini pun juga memiliki hari peringatan tersendiri, yaitu Hari Kura-Kura Sedunia yang diperingati setiap 23 Mei setiap tahunnya. Peringatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 2000 oleh sebuah organisasi pecinta penyu dan kura-kura asal Amerika bernama Kurakura Sulcata Bukan Asli Indonesia. Tahun lalu sempat marak berita terkait perdagangan spesies kura-kura langka di Indonesia, satu di antaranya spesies kura-kura sulcata. Kura-kura yang memiliki nama latin Centrochelys sulcata ini sebenarnya bukan asal Indonesia. Spesies ini biasanya mendiami bagian selatan Gunung Sahara, Afrika, dan Adajenis indonesia asli seperti kura-kura batok. Ada juga kura-kura hijau yang sering disebut kura-kura brazil. Rata-rata ukurannya sebesar 2 tapak tangan orang dewasa. Sehari-hari ia makan pelet ikan mengapung, dan kangkung. Makanan diberikan Adakalanya ia suka berendam di air, dan kalau kedinginan naik pindah ke area berpasir yang kering. DinasKehutanan Provinsi Papua menyatakan populasi terbesar habitat asli kura-kura moncong babi tersebar di bagian selatan "Bumi Cenderawasih" itu, yaitu Top News; Terkini; Tentang Kami; Senin, 18 Juli 2022. Home; Indonesia hadapi China dalam laga hidup mati FIBA Asia Cup 2022. 16 Juli 2022 22:18. Tour de France Etape ke-14. 16 Juli Vay Nhanh Fast Money. HomePengetahuanHabitat Kura-kura Tidak Cuma di Sawah Loh, Yuk Cari Tahu di Mana Lagi!Ada begitu banyak spesies kura-kura di dunia ini. Kenyataannya yaitu kura-kura mempunyai karakteristik dan sifat yang bermacam-macam. Tempat tinggal kura-kura juga berbeda-beda. Anda mungkin pernah menemukan kura-kura di sawah atau sungai. Karena memang rata-rata habitat kura-kura asli Indonesia berada di sana. Namun bukan berarti semua kura-kura adanya cuma di sawah/sungai ya. Anda juga bisa kok menemukannya di pedalaman hutan, pegunungan, sampai gurun lingkungan tempat tinggalnya, terdapat dua jenis kura-kura di dunia ini yakni kura-kura air dan kura-kura darat. Untuk kura-kura air sendiri masih dapat dikelompokkan lagi menjadi dua macam yaitu kura-kura full-aquatic serta kura-kura semi-aquatic. Jadi memang tidak semua kura-kura itu dapat hidup di perairan dan daratan. Ada kura-kura yang hanya tinggal di daratan saja. Namun ada pula kura-kura lain yang cuma hidup di perairan. Dia hanya naik ke daratan untuk cari tahu habitat alami kura-kura itu ada di mana saja sih!Sungai dan DanauSebagian besar kura-kura memang tinggal di wilayah perairan. Faktanya, jumlah spesies kura-kura air ini lebih banyak daripada kura-kura darat. Rata-rata kura-kura tersebut tinggal di sepanjang aliran sungai dan berkumpul di danau. Bahkan setiap danau di dunia ini pasti dihuni oleh kura-kura yang merupakan binatang endemik dari danau tersebut. Contoh kura-kura yang tinggal di sungai atau danau di antaranya kura-kura brazil, kura-kura ambon, kura-kura leher panjang, dan PersawahanBeberapa kura-kura juga suka tinggal di area persawahan. Sebab memang di sawah ini banyak terdapat makanan kura-kura seperti ikan, keong, belut, cacing, dan belalang. Biasanya sih kura-kura memilih area persawahan yang lokasinya jauh dari keramaian untuk ditinggali. Kura-kura yang tinggal di sawah ini biasanya bersifat nokturnal. Dia lebih suka beraktivitas ketika malam hari untuk menghindari predator. Contoh kura-kura yang bisa Anda temukan di sawah yaitu kura-kura MSE dan kura-kura HutanDi dalam hutan, Anda pun dapat menemukan kura-kura loh. Maksud kami adalah wilayah daratan yang ada di pedalaman hutan ya, tidak termasuk danau dan sungai. Di sini Anda bisa menjumpai kura-kura darat yang tinggal di hutan tersebut. Bahkan di hutan-hutan di Indonesia pun banyak terdapat kura-kura darat. Misalnya yaitu kura-kura emys dan kura-kura forsteni. Kura-kura hutan umumnya memakan daun, buah, rumput, dan bunga-bunga liar yang ditemukannya. Kadang-kadang kura-kura ini pun memakan serangga-serangga PegununganAda beberapa spesies kura-kura yang lebih senang tinggal di dataran tinggi ketimbang dataran rendah. Kura-kura ini suka berada di daerah pegunungan yang memang mempunyai kondisi cuaca dengan suhu udara yang lebih rendah dan cukup lembab. Contohnya yaitu kura-kura radiatta, kura-kura cherry head, dan kura-kura red foot. Kura-kura ini biasanya memilih lokasi di pedalaman hutan yang terletak di area pegunungan untuk ditinggali. Mereka tidak suka terik panas yang terlalu Rawa-rawaSejumlah kura-kura memilih untuk tinggal di daerah rawa-rawa yang memiliki air payau. Kemungkinan besar kura-kura tersebut memilih tinggal di sini sebab persediaan makanannya yang cukup melimpah. Rawa-rawa memang menjadi habitat alami banyak ikan. Karena melihat banyaknya ikan yang ada di sini, kura-kura pun tertarik untuk tinggal dan menetap. Contoh kura-kura yang bisa Anda temukan di rawa-rawa yaitu kura-kura beluku alias tuntong Gurun PasirAda cukup banyak kura-kura darat yang berasal dari Benua Afrika. Sebagian besar kura-kura tersebut tinggal di daerah gurun pasir. Postur tubuh yang dimilikinya berhasil membuat kura-kura ini sanggup bertahan hidup di tengah-tengah cuaca ekstrem di sini. Contoh kura-kura yang habitat alaminya terletak di gurun pasir antara lain kura-kura sulcata, kura-kura aldabra, kura-kura pardalis, dan kura-kura galapagos. Kura-kura ini umumnya mengonsumsi pucuk daun dan serangga-serangga kecil. Mengenal Kura-Kura Leher UlarHabitat Upaya Melestarikan Kura-kura Leher Ular / Mengenal Kura-Kura Leher Ular Kura-kura eksotis ini merupakan satwa yang hanya ditemukan di lahan basah Pulau Rote, merupakan sebuah pulau kecil yang memiliki luas sekitar hektar di ujung negeri ini. Jarak dari barat daya Pulau Timor kurang lebih 20 km untuk memasuki wilayah Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Kura-kura leher ular atau kura-kura leher panjang yang dikarenakan kepala seperti ular dan lehernya yang panjang mempunyai nama ilmiah yaitu Chelodina Mccordi. Jenis kura-kura ini diklasifikasikan ke suku Chelidae, yang mempunyai ciri khas leher yang agak panjang dan fleksibel Hananto, 2015. Kura-kura ini mempunyai habitat di kabupaten terselatan Indonesia yang merupakan salah satu dari 25 spesies kura-kura terancam punah di Indonesia, bahkan di dunia. Kura-kura ini ditemukan pertama kali pada tahun 1891 oleh George Albert Boulanger dan akhirnya oleh Dr. Anders Rhodin dari Research Foundation Lunenburg pada tahun 1994 dipisahkan menjadi spesies tersendiri. Spesies kura-kura ini mempunyai bentuk yang unik, seperti berukuran kecil, sisi karapas atau tempurung yang melengkung condong ke atas, dan kepala yang menyerupai ular. Kura-kura ini juga tidak seperti kura-kura pada umumnya, spesies ini tidak bisa menarik masuk kepalanya sampai ke dalam tempurung, dikarenakan lehernya yang sangat panjang. Untuk dapat melindungi bagian leher dan kepalanya, dilakukan dengan melipat lehernya secara menyamping di bawah sisi bagian yang luar tempurung. Untuk panjang dari tempurungnya sendiri bisa sampai 18–24 cm dan mempunyai warna coklat keabu-abuan ataupun kadang-kadang coklat kemerahan. Habitat Foto / Oki Hidayat/Balai Litbang LHK Kupang Kura-kura ini termasuk di dalam keluarga cheloniidae merupakan salah satu dari 25 spesies kura-kura yang terancam punah. Status tersebut juga masuk ke dalam kategori CRPEW ataupun biasanya disebut Possibility Extinct in the Wild. Pada tahun 2018 pula kura-kura leher ular Pulau Rote dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No P. 106/Menlhk/Setjen/Kum, 2-12-2018 Yudistirani, 2020. Kura-kura ini mempunyai tempat tinggal di danau, rawa, dan juga sawah di selatan Pulau Rote. Kura-kura spesies ini juga seringkali diperjualbelikan oleh para pencinta atau kolektor reptil endemik nasional ataupun internasional. Hal inilah yang membuat Kura-kura tersebut lebih sering ditemukan di penangkaran daripada di habitat aslinya. Kura-kura ini sampai awal tahun 1970-an muda ditemukan di sekitaran Pulau Rote, seperti di kubangan, sungai, sawah, ataupun di sepanjang danau-danau kecil di sekitar Pulau Rote. Hambatan yang biasanya dihadapi saat perkembangbiakannya ialah permasalahan reproduksi yang harus menunggu sampai umur sekiranya 5 tahun untuk dapat bertelur. Susahnya pakan yang segar dan sehat di habitatnya. Untuk sekali bertelur, Kura-kura ini dapat menghasilkan sekiranya 8–14 butir yang dilakukan umumnya tiga kali dalam setahun. Ukuran telur kura-kura jenis ini mempunyai diameter sekiranya 30×20 mm dan mempunyai berat sampai 8-10 gram. Tukik akan segera menetas setelah tiga bulan pengeraman di alam. Saat tukik menetas, ukurannya sekitar 28 x 20. Dalam waktu pertumbuhan, warna tukik yang semulanya pucat berubah menjadi warna abu-abu kemerahan/kecoklatan di kala beranjak dewasa. Kura-kura spesies ini oleh IUCN akhirnya dimasukkan ke status kritis. Sebelum bisa dideskripsikan dengan ilmiah, satwa ini sangat populer di dunia internasional yang biasanya sebagai hewan peliharaan, sampai perdagangannya dilarang pada tahun 2001, dikarenakan populasinya yang menyusut begitu signifikan. Beberapa populasi kura-kura ini di Pulau Rote menempati area sempit yang mempunyai luas sekitar 70 km persegi di Pulau Rote, namun pada nyatanya satwa ini belum dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Upaya Melestarikan Kepala Dinas LHK NTT Ir. Ferdy J. Kapitan, kiri, Kepala BBKSDA NTT Ir. Timbul Batubara, Kanan dan Country Director WCS-IP Dr. Noviar Andayani kanan pada acara serah terima fasilitas koloni asuransi kura-kura rote di Kupang Untuk dapat memulihkan populasi Kura-kura ini di Pulau Rote, Balai Besar KSDA NTT menggandeng kerja sama dengan WCS IP untuk bisa mendatangkan serta memulangkan kembali atau biasa disebut repatriasi satwa khas Pulau Rote ini dari luar negeri. WCS-IP merupakan suatu lembaga yang mempunyai dedikasi dalam menyelamatkan kehidupan liar dan juga tempat-tempat liar dengan melakukan pemahaman secara menyeluruh terhadap masalah-masalah kritis dan menemukan solusi dengan berbasis ilmu pengetahuan serta mengambil sebuah tindakan konservasi yang menguntungkan manusia maupun alam Wismabrata, 2019. Upaya perlindungan yang dilakukan BBKSDA NTT ialah dengan mempunyai rencana dengan memulangkan beberapa ekor kura-kura leher ular yang berada di Singapura untuk bisa dilepaskan dan dilestarikan di Pulau Rote Ndao. BBKSDA NTT melakukan hal itu dengan harapan untuk populasi kura-kura kepala ular bisa ada lagi dan berkembang biak di daerah tersebut 2020. Sebelum dilakukannya proses pelepasan di Pulau Rote Ndao, beberapa kura-kura tersebut yang berasal dari Singapura akan dipelihara sekiranya tiga bulan di Kupang untuk dapat beradaptasi. Ads Sekitar 28 ekor kura-kura jenis ini akan dipulangkan ke habitatnya dengan segera di Danau Peto, Desa Maubesi, Kec Rote Tengah, Kab Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT akan melaksanakan upacara adat pada saat pengembalian atau pemulangan 28 kura-kura leher ular atau Chelodina mccordi yang didatangkan dari kebun binatang di Singapura Bere, 2019. Upacara yang diadakan untuk dijadikan sebagai pedoman di dalam sebuah pengelolaan kura-kura tersebut bersama ekosistemnya untuk dapat mendukung sebagai bentuk perlindungan satwa langka itu. Menurut penelitian, di Pulau Rote masih ada setidaknya tiga danau yang cocok dan bisa serta ideal untuk pengembangbiakan kura-kura ini, yaitu Danau Peto dan dua danau di Kec Landu Leko, yaitu Lendo Oen dan Danau Ledulu 2020. Fasilitas koloni asuransi adalah sebuah tempat transit koloni satwa kura-kura yang sudah optimal dan lebih lengkap. Hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah tonggak sejarah untuk bisa menyelamatkan kura-kura jenis ini di Pulau Rote. Adapun fasilitas-fasilitas penunjang yang membantu dalam penangkaran tersebut, seperti adanya tempat pengembangbiakan, tempat karantina, dan ada tempat habituasi sebagai tempat sebelum dilepasliarkan. Dengan adanya kasus seperti ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT menghimbau serta mengajak segala elemen dan lapisan masyarakat agar bisa menjaga kelestarian kekayaan SDA yang ada di daerahnya masing-masing dan juga ikut mendukung langkah-langkah yang pemerintah di dalam upaya-upaya konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Indonesia. Penulis Dhevin Mulya Rayhan Dikurasi oleh Inggrit Aulia Wati Hasanah merupakan Platform Crowdfunding Penggalangan Dana Online untuk Konservasi Hutan dan Lingkungan. Kunjungi situs berikut untuk mendukung kegiatan dan aksi penghijauan teman-teman di Semarang. Mari bersama melestarikan dan menjaga pesisir Indonesia dari bahaya abrasi yang dapat merugikan banyak pihak! Yuk jadi pioneer penghijauan di daerah tempat tinggalmu! - Diego, si kura-kura penyelamat spesiesnya, akan segera kembali ke habitatnya setelah hampir 80 tahun berada di penangkaran. Sebagai bagian dari program konservasi, Diego berperan dalam menghasilkan ratusan kura-kura kecil-membantu meningkatkan populasinya dari segelintir menjadi sekitar individu selama beberapa dekade terakhir. Diego merupakan hewan asli Pulau Española dan dikenal sebagai kura-kura raksasa Española Chelonoidis hoodensis. Hampir delapan dekade lalu, ia diambil dari habitatnya oleh sekelompok ekspedisi ilmiah dan dibawa ke Kebun Binatang San Diego di California. Namun, pada 1960-an, sebuah program pelestarian dibentuk dalam rangka menyelamatkan spesies kura-kura raksasa yang semakin berkurang. Hanya ada 12 betina dan dua ekor jantan yang hidup di Pulau Española pada 1970. Mereka terlalu tersebar di pulau sehingga sulit untuk berkembang biak satu sama lain. Baca Juga Kabar Baik, 10 Spesies Burung Penyanyi Terbaru Ditemukan di Indonesia Diego kemudian dibawa ke Pulau Santa Cruz di Galapagos untuk mengikuti program tersebut, dengan 14 kura-kura Española lainnya. Bersama-sama, mereka memproduksi ratusan bayi kura-kura yang kemudian dikembalikan ke tempat asli mereka. Kini, di Española terdapat kura-kura raksasa dan Diego memainkan peran besar dalam repopulasi tersebut. "Sekitar kura-kura telah dikembalikan ke Española. Sekarang dengan reproduksi alami, diperkirakan kita memiliki sekitar kura-kura," kata Jorge Carrion, direktur Galapagos National Parks. "Ini menunjukkan bahwa mereka mampu berkembang dan bereproduksi," imbuhnya. Seperti halnya banyak hewan di seluruh dunia, penurunan populasi kura-kura Española dan kerabatnya di pulau Galapagos, disebabkan oleh manusia. Dahulu kala, pemburu paus, pelaut, dan bajak laut membunuh sekitar 100 ribu hewan yang dianggap “enak”-menjadikannya sebagai sumber makanan karena mereka dapat dimuat ke kapal dan bertahan hidup dalam waktu yang lama tanpa makanan atau air. Baca Juga Suhu Ekstrem di Australia, Puluhan Ribu Kelelawar Mati Kepanasan Kepulauan Galapagos membutuhkan kura-kura raksasa karena mereka berperan dalam mengendalikan dan menyebarkan tanaman di pulau. Ketika mereka memakan tanaman, menginjak-injak, dan menyebarkan benih, kura-kura raksasa dikenal sebagai spesies kunci karena mereka memiliki efek besar pada lingkungan sekitar mereka dibandingkan dengan hewan lainnya. Di usianya yang ke-100, Diego akhirnya akan kembali ke rumahnya pada Maret mendatang, delapan dekade setelah ia dipisahkan dari sana. Diego akan menjalani sisa-sisa harinya dengan kerabatnya-mengunyah tanaman dengan lezat di sana. "Diego memberi kontribusi besar pada garis keturunan yang kami kembalikan ke Española. Ada perasaan bahagia bisa mengembalikan kura-kura itu ke kehidupan normalnya," pungkas Carrion.

kura kura asli indonesia